Bursa Saham Jepang merupakan salah satu kasus menarik di dunia saham. Apabila kita berinvestasi pada ETP indeks Nikkei 225 pada tahun 1988-1990, kinerja portofolio kita justru mengalami penurunan hingga tahun 2012. Setelah itu indeks ini kembali mengalami tren peningkatan yang bahkan saat ini portofolio kita masih merugi.
Ini sering dijadikan argumen oleh mereka yang tidak setuju dengan investasi jangka panjang. Dan memang benar, dalam kondisi tertentu, investasi jangka panjang bukanlah strategi yang tepat.
Apakah ini bisa terjadi di Bursa Efek Indonesia? Apa yang bisa kita pelajari dari kasus ini?
Sebelum itu, ada baiknya kita mempelajari apa yang terjadi pada bursa saham Jepang sebelum tahun 1990.
Setelah Perang Dunia II, Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi luar biasa yang sering disebut sebagai economic miracle. Hal tersebut membuat Jepang pada saat itu menjadi negara dengan ekonomi terbesar kedua setelah Amerika Serikat.
Pertumbuhan ekonomi yang luar biasa menimbulkan optimisme pasar yang luar biasa pula. Optimisme pasar menyebabkan harga saham melambung tinggi dengan peningkatan yang lebih cepat dibandingkan kinerja riilnya. Hal ini dapat dibuktikan dari data di samping yang menunjukkan P/E Ratio bursa saham Jepang dan Amerika Serikat pada rentang tahun 1970-1990. semakin tahun semakin overvalue. Sedangkan pada Amerika Serikat masih berada di tingkat valuasi wajar.
Saham overvalue juga dicirikan dengan dividend yieldnya yang kecil. Data di samping menunjukkan perbandingan dividend yield saham-saham
Jepang dan Amerika Serikat dalam rentang tahun 1970 hingga 1990. Terlihat bahwa akibat dari harga saham yang meningkat lebih cepat dari kinerjanya, dividend yield saham-saham Jepang menurun dari diatas 3% menjadi hanya nol koma sekian persen. Sedangkan pada saham-saham Amerika Serikat masih normal di sekitaran 3%.
Dalam jangka panjang, performa antara kedua bursa ini mulai terlihat. Saham-Saham Jepang (Nikkei 225) yang overvalue, cepat atau lambat pasti akan terkoreksi. Sedangkan saham-saham US (S&P 500 Index) yang valuasinya masih cukup wajar saat itu mengalami peningkatan hingga kini. Tentu hal ini juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi kedua negara yang berbeda. Ekonomi Amerika Serikat masih bisa tumbuh. Sedangkan ekonomi Jepang mengalami perlambatan sejak tahun 1996 meski dalam jangka panjang masih mengalami tren pertumbuhan.